Umur manusia dari jaman ke jaman kian menurun , dimana pada
jaman satyayuga umur manusia rata-rata 4000th dan bahkan konon ada
yg sampai 100ribu tahun, tetapi pada jaman ini “kaliyuga” umur manusia hanya
rata-rata 70 sd. 100 tahun saja.
Semakin panjang usia seseorang dianggap semakin bagus, tentu
kalau ia hidup dengan kondisi sehat. Karena itu usaha manusia di dunia ini
banyak diarahkan untuk mencapai umur panjang dan kondisi yang sehat. Bahkan
salah satu ukuran maju tidaknya suatu negara diukur dari angka rata-rata
harapan hidup warganya. Kabar baiknya, sering usaha manusia untuk memperpanjang
umur itu berhasil. Manusia saat ini bisa dengan mudah mengatasi penyakit
tetanus yang seratusan tahun yang lalu mungkin dapat mengancam jiwa.
Kecanggihan tehnologi kedokteran mampu membuat saluran arteri darah yang mampet
jadi lancar lagi misalnya. Dan masih banyak lagi pencapaian manusia supaya bisa
hidup makin panjang umur dan sehat. Kabar buruknya, apapun kemajuan yang dibuat
manusia sebetulnya relatif sementara sifatnya, dan hanya bersifat menunda
kematian.
Sementara itu
persoalan diluar tubuh manusia juga banyak. Di luar sana bertebaran bakteri dan
berbagai macam virus yang siap menghantar berbagai macam penyakit ke dalam
tubuh manusia.
Orang yang percaya
teori penciptaan dapat bertanya, kenapa Tuhan menciptakan bakteri dan virus?
Sedangkan orang yang percaya teori evolusi mungkin dapat bertanya; kenapa ada
organisme yang dapat berevolusi sedemikian kompleks seperti manusia dan ada
yang “mentok” tetap menjadi bakteri?
Dan kenapa manusia bermusuhan
dengan sekelompok bakteri, sementara itu juga dapat bersahabat dengan
sekelompok bakteri lainnya (ingat minuman fermentasi yang dipromosikan
mengandung bakteri bersahabat)?
Kenapa juga proses
tersebut tidak mengarah kepada keserasian seluruh mahluk hidup, termasuk
manusia dan bakteri dapat hidup berdampingan- dan situasi-situasi lainnya yang
mendukung mahluk hidup untuk semakin memperpanjang umurnya.
Bakteri dan virus
justru makin berkembang dan makin beragam, seolah-olah berlomba dengan
kemampuan manusia untuk menemukan obat pemberantasnya. Belum lagi kalau kita
membicarakan soal gravitasi, energi panas, dingin atau faktor-faktor alam
lainnya yang dapat mempercepat kematian manusia. Bahkan tata surya kita
peredarannya disusun/tersusun sedemikian rupa sehingga selalu ada bahaya planet
kita ini tertabrak oleh meteor atau benda angkasa lainnya.
Sejak manusia hidup
maka saat itu pula selalu membutuhkan makanan. Disain dari tubuh manusia,
perutnya, pencernaannya, membutuhkan pasokan mahluk hidup lain supaya dapat
bertahan hidup. Dari jaman nenek moyang kita seolah sudah dirancang untuk
membunuh mahluk hidup lain. Apakah kita
ditakdirkan untuk menghisap energi dari mahluk lain supaya dapat bertahan
hidup. Kita seakan menjadi sarana agar mahluk lain menemui kematiannya. Dan
karena manusia merupakan mahluk paling pintar, ia menjadi mahluk paling banyak
membawa kematian bagi mahluk lainnya. Ironisnya, manusia justru seringkali
menemui kematian oleh mahluk-mahluk yang paling tidak berakal; bakteri dan
virus. Bahkan penemuan alat-alat canggih
pun seperti halnya kendaraan, senjata, alat tranportasi dan lain-lain sudah
menjadi ancaman hidup manusia setiap waktu.
Semua diatas memunculkan pertanyaan abadi, mengapa kita harus
mati? Dan lebih lagi, kenapa kita harus hidup pada awalnya? Ini mirip
pertanyaan orang bercinta yang patah hati: “Bukan perpisahan yang aku sesali,
tapi kenapa kita harus bertemu pada awalnya”. Saya tidak tahu apakah sudah ada
yang mampu menyediakan jawabnya secara ilmiah. Sementara sejumlah orang mencoba
menawarkan jawabannya secara spiritual atau lewat agama.
Kisah MITOLOGI menceritakan sejak awal manusia diciptakan
oleh Tuhan sesungguhnya sangat bahagia, berkecukupan dan tanpa kesusahan di
suatu tempat yang damai sampai suatu saat mereka mereka diusir karena makan
buah dari pohon terlarang, yaitu pohon pengetahuan.
Ketika Tuhan tahu bahwa manusia telah makan buah dari pohon
pengetahuan, Ia mengusir manusia dari tempat itu, dan meletakkan sejumlah penjaga
untuk menjaga tempat tersebut agar manusia tidak sampai memakan buah pohon
terlarang yang lainnya (pohon kehidupan) karena telah memakan buah pohon
pengetahuan.
Dari kisah mitologis diatas kita dapat mengira-ngira sebabnya manusia
bisa mengembangkan ilmu pengetahuan sampai pada taraf yang mengagumkan, namun
tidak dapat memperoleh hidup yang kekal.
Tentu penjelasan
mitologis diatas tidak banyak membantu untuk saat ini, ia tetaplah penjelasan
yang mengandung misteri. Yang bisa kita gali dari mitologi itu ialah orang
jaman dulu pun telah memikirkan persoalan kehidupan dan kematian, lengkap
dengan pertanyaan mengapa manusia harus hidup sedemikian rupa diatas bumi.
Kira-kira apa yang
terjadi kalau manusia sempat makan juga buah dari pohon kehidupan, apakah ia
tidak akan mati-mati? Apakah lantas
bakteri dan virus akan hilang? Apakah gravitasi atau panas atau energi lainnya
tidak akan berpotensi membawa kematian pada manusia? Apakah letak tata surya
akan berubah sehingga tidak ada lagi meteorit yang mengancam menabrak bumi?
Lucu rasanya jika lantas semua kondisi diatas otomatis berubah hanya karena
kita memakan buah kehidupan.
AYO LAKUKAN ORHIBA PENUH CINTA KASIH, KARENA HANYA DENGAN
CARA DEMIKIAN KITA DAPAT MENYEMPURNAKAN BADAN JASMANI KITA UNTUK TERBEBAS DARI
GANGGUAN FISIK DAN MENTAL. SEMOGA POHON KEHIDUPAN ITU TERCIPTA KEMBALI.
Penulis: Gede Suprayadnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar