"Contoh Soekanto (untuk) semua polisi ini. Kualat kalau enggak," kata Awaluddin di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Selasa (4/10/2016).
"Dia tanpa wewenang apa-apa tapi bisa bangun polisi yang besar dengan wewenangnya. Tanpa melupakan Hoegeng, tanpa melupakan M. Jasin tapi jangan lupakan Soekanto, dia bapak dari yang dua itu. Pribadi panutan, disiplin pribadi, enggak ada duanya," sambungnya.
"Orang tahu Hoegeng, tahu Jasin tapi lupa Soekanto. Ini idolanya Hoegeng dan Jasin. Kalau kita idolakan Hoegeng dan Jasin tokoh yang mimpin siapa di atas? Ya Soekanto," ujar Awaluddin yang menjabat Kapolri pada 1978 hingga 1982 ini.
Menurut Awaluddin, semua yang ada di kepolisian saat ini tidak akan ada tanpa jasa Soekanto. Seperti polisi air, polisi udara, PTIK,Tribrata, panji-panji Polri dan lainnya tak bisa dilepaskan dari jasa Soekanto.
"Jangan lupa prestasinya luar biasa, pribadinya juga luar biasa. Disiplin, sederhana, jujur, meninggal enggak punya apa-apa, nol. Disiplin pribadi, di dalam (Polri) orang hormat, di luar orang hormat, Pak Soekarno hormat sama dia," terangnya.
Karena itu, Awaluddin menilai Soekanto sudah sepatutnya mendapat gelar pahlawan nasional. Sedangkan Komjen M. Jasin yang merupakan bapak Korps Brimob Polri sudah mendapat gelar pahlawan nasional dari pemerintah.
"Saya katakan karena Pak Jasin pahlawan 10 November Jawa Timur. Ada Pak Dirman ada Pak Soekono. Pak Jasin pahlawan nasional sama dengan Budi Utomo. Revolusi fisik 10 November. Soekanto sampai masa meninggalnya. Jasin dan Hoegeng anak buah Soekanto kan, jangan lupa kalian," tuturnya.
Kepala Pusat Sejarah Polri Brigjen Istuhari Winarto juga mengisahkan tentang sosok Soekanto. Presiden Soekarno melantik Soekanto untuk diberikan mandat membentuk polisi nasional pada 29 September 1945.
Padahal, lanjutnya, saat itu tidak ada sama sekali modalnya. Tak ada gedung dan kewenangan, undang-undang juga belum jelas.
"Nah mulai saat itulah beliau (Soekanto) yang membentuk itu. Mulai perundang-undangan yang sebelumnya adopsi Belanda, sarana-prasarana yang ada saat itu. Lalu membentuk kepolisian nasional tingkat Mabes tingkat Polda, sampai Polsek, dan lainnya" katanya di lokasi yang sama.
Istuhari mengatakan, Soekanto juga angkat senjata berperang saat masa penjajahan baik jaman Jepang, agresi militer Belanda 1 dan 2. "Beliau juga di samping polisi pengayom pelindung masyarakat, beliau juga pejuang yang bertempur melawan penjajah," ujarnya.
"Oleh karena itu, supaya tidak terlupakan beliau ini makanya mulai saat ini kita bersepakat dengan tim yang sudah dibentuk agar Pak Kanto ini nantinya ke depan diusulkan mendapatkan gelar pahlawan nasional," urainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar