SEHARAH SINGKAT OLAHRAGA HIDUP BARU
( O R H I B A )
1. Pandangan Umum
ORHIBA, singkatan dari Olah Raga Hidup Baru, dapat dipandang merupakan
Karunia Tuhan Yang Maha Esa bagi Bangsa Indonesia. OLAH RAGA HIDUP yang
bertujuan MENCIPTAKAN MANUSIA BARU, manusia yang bebas dari gangguan penyakit
fisik dan mental. Melalui derajat sebagai MANUSIA BARU itu, lebih lanjut
diharapkan bahwa manusia mampu mengembangkan dirinya secara terus menerus,
selama masih berada di dunia dalam kenyataan, sehingga sebagai makhluk individu
dan makhluk sosial, mampu menjalin hubungan yang selaras dengan sesamanya yang
sama-sama ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, mencintai lingkungan hidup dimana dia
berada, sehingga mampu memelihara lingkungan hidup agar lestari.
Dengan menjalankan OLAH RAGA HIDUP BARU, diharapkan manusia dapat
mengembangkan KESADARAN bahwa MANUSIA ADALAH CIPTAAN HIDUP DARI TUHAN YANG MAHA
ESA, yang sebagai CiptaanNYA yang mulia, dapat mengembangkan kreatifitas untuk
kehidupan yang lebih baik di masyarakat, tanpa dibatasi oleh berbagai
perbedaan-perbedaan, tetapi mengutamakan persatuan dan kesatuan oleh karena
sama-sama tercipta oleh Tuhan Yang Maha Esa, yang Maha Pengasih dan Penyayang,
serta Maha Hidup. Kita hidup di satu bumi yang sekarang menjadi relatif kecil,
sehingga perlu diperhatikan dan dipelihara bersama agar kondisinya tidak terus
menerus mengalami kemerosotan. Persatuan Hidup adalah jalan penyelamatan bumi
kita.
Cita-cita untuk manusia dapat mencapai kebebasan dari penyakit fisik,
mental dan sosial, berawal dari cita-cita seorang manusia Indonesia, yang sejak
usia dini, masih 5-6 tahun, sudah selalu digoda pertanyaan : “mengapa manusia
harus sakit dan mati? Apakah tidak ada jalan bagi manusia untuk bebas dari
sakit dan mati itu ?”. Beliau yang bernama Urbanus Tatu Saerang
terlahir dari suatu keluarga Minahasa, lahir di Rembukan, Bolangmongondow,
Sulawesi Utara, pada 21 November 1906. Di kalangtan warga ORHIBA Beliau dikenal
dengan panggilan Bapak TUS.
Setelah tamat dari sekolah H.I.S., pada masa remajanya Beliau bekerja di
perkebunan teh di Banyuwangi, Jawa Timur. Berasal dari keluarga sederhana,
namun karena ulet dan ketekunan bekerja serta berusaha, dalam waktu yang tidak
terlalu lama, Beliau berhasil menjadi tuan tanah yang memiliki tanah ladang
serta sawah-sawah, dan ternak sapi, kuda dan lain-lain. Beliau dikenal di masyarakat sebagai seorang yang kaya dan dermawan. Beliau
adalah seseorang yang penuh taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, jujur, rendah
hati, penuh kasih sayang kepada sesama manusia. Mendekati waktu Beliau menerima
karunia Tuhan, kekayaan Beliau berupa hampir seribu bahu (kl. 750
hektar) tanah perkebunan serta ratusan ekor ternak yang Beliau telah miliki,
Beliau lepaskan dan dibagi-bagikan kepada masyarakat sekitar.
Dalam situasi masyarakat dunia yang kacau, karena peperangan, dan pada
umumnya kehidupan masyarakat yang penuh dengan siksa sengsara, pada tanggal 8
Agustus 1941 tatkala Beliau bersembahyang serta berdoa, Beliau mendapat
percikan ilham, yang Beliau yakini merupakan petunjuk dari Tuhan Yang Maha Esa,
bahwa untuk memperbaiki mutu hidup lahir dan bathin masyarakat manusia (dunia),
yang percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa, maka setiap individu harus mulai
dengan memperbaiki diri sendiri dan untuk itu perlu menjalankan Olah Raga Hidup.
Secara ringkas, ilham yang Beliau terima ialah bahwa, untuk memperbaiki
keadaan dunia tidak mungkin diselesaikan oleh seorang manusia yang secara tidak
sadar dalam dirinya masih bercokol musuh-besarnya, hawa nafsu duniawi yang
tidak terkendali.Setiap manusia harus terlebih dahulu mengalahkan musuh-besar yang ada dalam
dirinya, hawa nafsu rendah, seperti keserakahan akan kekayaan duniawi,
kesombongan karena merasa punya kelebihan, iri, dengki, amarah dan angkara
murka yang gampang sekali menyebabkan cekcok, perkelahian antara sesama manusia
dan antara kelompok-kelompok masyarakat, serta berperilaku yang merusak
lingkungan hidup.
Tanpa manusia mampu mengalahkan musuh dalam dirinya, persaingan antar
manusia dan kelompok-kelompok masyarakat akan semakin memuncak sehingga akan
terjadilah peperangan, seperti yang telah terjadi di dunia, dengan Perang Dunia
I (1905-1919) dan kemudian Perang Dunia II (1939-1945). Untuk mengalahkan
musuh-besar itu jalannya adalah dengan “membangkitkan kekuatan hidup yang ada
dalam badan daging” melalui Olah Raga Hidup, yang kemudian dikenal sebagai OLAH
RAGA HIDUP BARU (disingkat : ORHIBA).
Mula-mula ORHIBA diajarkan kepada keluarga sendiri dan orang-orang dekat di
sekitar. Sekitar tahun 1957 beberapa orang terpelajar dan terkemuka dari
beberapa kota besar di Indonesia, diantaranya ada yang pejabat tinggi, bupati,
guru olah raga, setelah mendengar tentang ORHIBA lalu mempelajari dan
menelitinya selama kurang lebih 4 (empat) tahun. Kesimpulannya adalah bahwa
ORHIBA itu sangat positif untuk orang dapat memelihara kesehatan, membebaskan
diri dari gangguan fisik dan mental, sehingga perlu disebar luaskan di
masyarakat.
Beberapa orang tokoh berkumpul dan bersepakat mendirikan suatu lembaga
untuk meluaskan ORHIBA di masyarakat. Didirikanlah Yayasan ORHIBA, yang pertama
kali didirikan di Malang pada tanggal 5 Februari 1964 dengan Akta Notaris
R.Soediono No.6. Para Pendiri Yayasan ORHIBA di Malang adalah : Haryono
(Ketua), I Nyoman Soerna (Penulis), R.Roestamadji (Bendahara), Soenar Wibowo
(Pemimpin Tehnis), M.Rakanadaljan (Komisaris), Hamid Rufus Rion (Komisaris),
Siti Soekesi Soenar Wibowo (Komisaris), Gartini Haryono (Komisaris), Lim Tjoei
Kian (Komisaris), Kho Tjeng Khe (Komisaris), R.Said Soekanto (Pelindung).
Orang-orang yang mendirikan dan menjadi pengurus pertama terdiri dari
orang-orang dari lintas agama. Ada yang beragama Islam, ada yang beragama
Kristen, agama Hindu dan agama Budha.
Setelah ada Yayasan ORHIBA maka penyebaran ORHIBA menjadi lebih terbuka dan
kemudian meluas dari Jawa Timur, ke kota-kota lain di Jawa, lalu pada tahun
1966 mulai berkembang di Bali. Oleh karena adanya pengalaman empiris, dimana
orang-orang yang terkena penyakit setelah ber-ORHIBA beberapa hari saja dapat
bebas dari penyakitnya, khususnya di Bali, perkembangan ORHIBA di Bali sejak
tahun 1966 sangat semarak.
Pada tahun 1968, terhitung sejak 8 Agustus 1968, Yayasan ORHIBA dipindahkan
ke Jakarta, dengan Akta Notaris H. Zawir Simon S.H., No. 33 tertanggal 25 Mei
1968. Pemindahan itu dilakukan untuk dapat lebih meningkatkan perluasan ORHIBA
ke seluruh Indonesia. Pada Tahun 1970 diadakan pembaharuan pengurus Yayasan
ORHIBA Pusat, dengan susunan : R.Said Soekanto (Ketua Umum/Pelindung),
Mr.R.Sudjono (Ketua I), Sitawati Sudjono Ma’arif (Sekretaris), Drs.J.Mokoginta
(Bendahara), Soenar Wibowo (Pemimpin Tehnis), Pasinomo (Wakil Pemimpin Tehnis),
Retnowati Sudjono (Komisaris Bidang Wanita), M.Rakanadaljan (Komisaris Jawa
Timur), Basuki Atmosuwarno (Komisaris Jawa Tengah), R.Satmoko (Komisaris Jawa
Barat), Drs.N.Suthardjana (Komisaris Bali Nusa Tenggara), Mohammad Sofjan
(Komisaris Jakarta), Soekrisna Widyaatma (Komisaris Jakarta).
Dalam masa kepengurusan ini, ada beberapa hal yang penting diketahui dalam
penyebar luasan ORHIBA antara lain :
- Yayasan ORHIBA Pusat pada tahun 1970, dengan Ketua Umumnya Bapak
R.S.Soekanto telah menulis surat kepada Presiden, menganjurkan agar ORHIBA
dapat dijadikan sebagai Olah Raga Nasional. Pada waktu itu Presiden
Soeharto menyerahkan hal tersebut kepada instansi yang menangani olah
raga. Diadakanlah suatu Seminar oleh Ikatan Sarjana Olah Raga untuk
membahas kemungkinan untuk menjadikan ORHIBA olah raga nasional. Ada
beberapa hal yang dianggap kendala, antara lain : mengenai nama, masalah
kompetisi,dan bagaimana orang menjadi sehat dengan ORHIBA.
Mengenai nama, usulan untuk mengganti nama ORHIBA menjadi "senam
Indonesia" tidak dapat disetujui oleh Yayasan ORHIBA Pusat, oleh karena
nama ORHIBA mengandung nilai historis serta sudah populer di masyarakat.
Berkenaan dengan kompetisi (pertandingan olah raga), ORHIBA tidak dapat
dipertandingkan, oleh karena semangat yang diharapkan bertumbuh adalah "satunya
manusia dalam satu bangsa manusia", yang harus menjauhkan sifat bersaing
apalagi bermusuhan. Selain dari pada itu, keberhasilan seseorang untuk memiliki
kesehatan yang sempurna bukan semata-mata pada sempurnanya gerakan olah raga
ORHIBA, tetapi sangat ditentukan oleh sikap bathin pelakunya, yang meliputi percayanya
kepada Tuhan, pengakuan yang tulus bahwa manusia (badan daging) itu ciptaan
Hidup dari Tuhan Yang Maha Esa, rasa sayang dan kasih kepada badan dagingnya
sendiri, serta kekuatan dan kemantapan hasrat dirinya untuk hidup, yang
kesemuanya tidak dapat diukur oleh siapapun, kecuali oleh Tuhan Yang Maha Esa.
Dalam hal menilai hal-hal tersebut, pelaku ORHIBA sendiri tidak dapat
menilainya sendiri. Yang dapat disadari dan seharusnya memang perlu disadari,
adalah adanya pertumbuhan dari hari ke hari, apakah berkembang positif atau negatif.
Positif dalam arti makin meningkat ke arah yang semestinya, sedangkan dikatakan
negatif kalau percaya, pengakuan, ketulusan kasih serta hasratnya menyurut.
Bagaimana ORHIBA dapat mengantarkan pelakunya untuk sehat, pada waktu itu
memang tidak dapat dijelaskan secara ilmiah, oleh karena belum ada penelitian
ilmiah tentang ORHIBA itu. Yayasan ORHIBA pada waktu itu berharap bahwa pada
suatu saat akan ada yang berminat melakukan penelitian, untuk menjawab mengapa
dengan ber ORHIBA orang menjadi sehat. Para penyebar ORHIBA hanya dapat
menunjukkan data empiris, bahwa sudah banyak orang yang menjadi sehat hanya
setelah beberapa hari ber-ORHIBA.
Pada akhirnya ORHIBA tidak terpilih sebagai olah raga masyarakat secara
nasional, dan keluarlah senam pagi Indonesia. Pemerintah tidak dapat
menginstruksikan orang untuk berolah raga tertentu (termasuk ORHIBA), tetapi
masing-masing cabang olah raga dapat secara bebas dimasyarakatkan oleh
peminat-pemintanya, dengan semboyan "memasyarakatkan olah raga dan
mengolah ragakan masyarakat"
- Sejak Oktober 1970 untuk Bali diijinkan langsung menjalankan Olah Raga
Badan Daging Melihat Langit Biru, yang dikenal sebagai olah raga lanjutan;
sementara untuk di luar Bali bagi yang mau ber-ORHIBA, harus mengambil
dulu Olah Raga Sempurna. Setelah yang bersangkutan dapat melakukan Olah
Raga Semurna secara penuh dengan setiap kali berolah raga melakukan setiap
gerakan dengan 24 gerakan, serta selama 30 hari penuh harus mengambil 3
(tiga) kali sehari tanpa ada hari yang kosong, barulah boleh melakukan
Olah Raga Badan Daging Melihat Langit Biru .
- Pada bulan Juli 1970 Bapak R.S.Soekanto, selaku Ketua Umum Yayasan ORHIBA Pusat,
memperkenalkan ORHIBA kepada dunia, dengan berkunjung ke beberapa negara,
dan pada kesempatan muhibah itu lalu berpidato dalam pertemuan
Internasional AMORC (International Annual AMORC CONVENTION 1970) di ROYAL
YORK HOTEL, Toronto, Ontario, Kanada. Pertemuan tersebut berlangsung dari
16-20 Juli 1970. Hal tersebut dapat terjadi karena Bapak R.S.Soekanto
adalah salah seorang Grand Master dalam AMORC. Beliau memberi judul
memperkenalkan ORHIBA tersebut dengan judul “FACING THE CHALLENGE OF
MODERN LIVING”.
- Sejak Agustus 1990 telah ditetapkan bahwa satu-satunya olah raga hidup
yang disebarluaskan di masyarakat adalah “Olah Raga Badan Daging Melihat
Langit Biru” atau disebut juga sebagai Olah Raga Tunggal. Olah Raga
Sempurna atau Olah Raga 24 x 24, tidak lagi disebar luaskan.
- Pada bulan Januari 1993 Bapak R.S.Soekanto telah mengumumkan bahwa
Wisma ORHIBA yang dibangun oleh warga ORHIBA Bali, yang bertempat di wilayah
persubakan (wilayah tanah pertanian) Sekar Embang, Dusun/Banjar Tengkulak
Kaja, Desa Kemenuh, Kecamatan Sukawati, kurang lebih 100 m ke arah Utara
dari Jalan Raya Bedahulu Bali, dijadikan Pusat Latihan Nasional. Bersamaan
dengan itu telah disiapkan Pelatih ORHIBA sebanyak 22 orang.
Pada 24 Agustus 1993 Bapak R.S.Soekanto wafat. Oleh karena sebagian
Pengurus sudah tidak ada, maka dengan Akta Notaris H.Zawir Simon S.H., No. 65
tanggal 15 Februari 1994 diadakan pembaharuan Akta Pendirian dan disusun kepengurusan
baru.
Adapun susunannya sebagai berikut :
Drs.H.J.Mokoginta (Ketua), H.Mohamad Sjofjan KS (Wakil Ketua I), Iwan
Siregar (Wakil Ketua II), Sitawati Sudjono Ma’arf (Sekretaris I), Nyonya Tido
Soepardi (Sekretaris II, merangkap Bendahara). Made Yastina (Komisaris
Litbang), Soepardi (Komisaris Jakarta), A.A.Ngurah Sudjaya (Komisaris Bali).
Karena wafatnya Bapak
H.J.Mokoginta, maka Pengurus Yayasan ORHIBA Pusat mengalami
pembaharuan lagi sejak 28 Agustus tahun 2005, dengan susunan sebagai berikut.
H. Mohamad Sjofjan KS (Ketua), Drs.Chairul Arifin, MM (Wakil Ketua), Sitawati
Sudjono (Sekretaris Umum), Tido Soepardi (Sekretaris/Bendahara), I Made Yastina
(Pimpinan Litbang), June MM Luhulima,dr.MS,Spkl (Pimpinan Team Peneliti),
R.S.Soepardi (Komisaris Jakarta), A.A.Ngurah Sudjaya (Komisaris Bali Nusa
Tenggara).
2. Pengalaman Empiris di Bali
Sejak ORHIBA dikenal oleh masyarakat Bali, yaitu pada tahun 1966, ORHIBA
mengalami perkembangan yang semarak pada era 1967 hingga 1990-an. Sebagai suatu
petunjuk tentang semaraknya perkembangan ORHIBA di semua kabupaten di Bali,
pernah terjadi pada tahun 1984 pertemuan Besar ORHIBA yang dihadiri lebih dari
6.000 (enam ribu) Warga ORHIBA, pada saat Wisma ORHIBA sedang dalam proses
pembangunannnya.
Wisma ORHIBA sendiri dapat menjadi bukti kesemarakan perkembangan ORHIBA.
ORHIBA bukan suatu perkumpulan. Antara pelaku ORHIBA (Warga ORHIBA) dengan
Pengurus Yayasan ORHIBA tidak ada ikatan apa pun kecuali sudah sama-sama
ber-ORHIBA. Wisma ORHIBA dibangun atas landasan keikhlasan masing-masing
pribadi Warga ORHIBA berkorban tenaga dan benda. Tidak ada yang mengharuskan
seorang Warga ORHIBA untuk mengeluarkan uang atau memberikan sesuatu apa pun
kepada pelatih atau Pengurus Yayasan ORHIBA. Adalah karena kesekapatan bersama
dari Warga ORHIBA yang hadir dalam berbagai kesempatan bertemu dan berkumpul, mewujudkan
Wisma ORHIBA, yang dijadikan sebagai simbul persatuan dan kesatuan warga ORHIBA
dalam memperjuangkan hidup. Ada Warga ORHIBA yang menyumbangkan tanah miliknya
sebagai tempat awal dibangunnya Wisma ORHIBA. Perluasannya, dimulai dari
pertama-tama seluas 0,4 hektar, berkembang menjadi 2 hektar adalah wujud
kegotong-royongan yang murni, karena terketuk dari dalam diri (hati sanubari)
masing-masing. Dana dikumpulkan dari sumbangan sukarela dari Warga ORHIBA yang
terketuk, mulai dari sumbangan lima ratus Rupiah, seribu Rupiah hingga ratusan
ribu Rupiah dan beberapa ada yang berdana dalam jutaan Rupiah. Hasilnya yang
terkumpul digunakan untuk membeli tanah perluasan dan bahan bangunan. Yang
tidak mempunyai uang untuk disumbangkan, bergotong royong mengambil batu-batu
untuk fondasi bangunan, yang diambil dari Sungai Unda di Klungkung, pada setiap
hari Minggu dan hari-hari libur. Kalau dibandingkan dengan ceritera Ramayana,
kegiatan Warga ORHIBA mengambil batu dari pinggir jalan hingga ke tempat Wisma
ORHIBA dibangun tidak ubahnya seperti laskar kera yang membawa batu untuk
membuat jembatan antara Ayodya dan Alengka.
Pembangunan yang dimulai pada 28 April 1976 baru rampung seperti pada kelengkapan
bangunan yang ada sekarang (Maret 2011) pada tahun 1986. Selama sepuluh tahun
dibina kegotong royongan, dengan tujuan membangun semangat kebersamaan dan
persatuan atas dasar ketulus ikhlasan. Semangat persaudaraan, kegotong royongan
atas dasar ketulus ikhlasan, mewujudkan sesuatu yang bermanfaat merupakan
semangat yang seyogyanya ditumbuh-kembangkan umat manusia untuk memelihara dan
merawat bumi kita.
Untuk menyebut beberapa bukti empiris keberhasilan mencapai sehat pada
pribadi-pribadi yang ber-ORHIBA dapat dijelaskan secara singkat, hal-hal
sebagai berikut.
a. Sehat Fisik
Jumlah warga yang mengalami sehat fisik, yang semula diganggu suatu
penyakit adalah paling banyak dapat ditemukan. Hampir 90 % Warga ORHIBA adalah
berawal dari mengalami gangguan fisik (penyakit).
Beberapa penyakit yang secara empiris dilaporkan berhasil diatasi dengan
melakukan ORHIBA, antara lain adalah :
· Gangguan kelainan jantung. Seorang yang sejak kecil mengalami gangguan jantung,
hingga berusia 60 tahun, sejak ber-ORHIBA dan selama ini sudah ber-ORHIBA
selama lebih dari 30 tahun, tidak pernah kumat.
· Ada orang yang mengalami kebocoran pada klep jantung dapat sembuh dari
kebocoran klep tersebut setelah ber-ORHIBA selama tiga bulan.
· Gangguan ginjal. Ada banyak yang semula mengalami gangguan ginjal, seperti
ginjal tidak berfungsi secara optimal, ada yang ginjalnya berfungsi hanya satu
buah saja, hingga berusia 70 tahun, sejak ber-ORHIBA dan selama ini sudah
ber-ORHIBA selama lebih dari 35 tahun, tidak pernah kumat.
· Perempuan/Ibu yang mengalami gangguan "kanker payudara",
diantaranya sudah 20 tahun ber-ORHIBA, dari keadaan semula yang sangat parah,
akhirnya dapat sembuh total.
· Ada juga yang mengalami gangguan hati (lever), yang
kemungkinan akan berkembang menjadi kanker hati, dengan ber-ORHIBA sembuh dari
mengalami gangguan hati.
· Ada sejumlah warga ORHIBA yang karena penyakit tbc, paru-parunya
berlubang-lubang, dapat sehat kembali setelah ber-ORHIBA.
· Ada orang yang mengalami kelumpuhan total, dapat pulih setelah ber-ORHIBA
2-3 bulan.
b. Sehat mental
Ada beberapa yang dikenal mengalami stress, karena menghadapi tekanan
bathin, setelah ber-ORHIBA ternyata dapat sembuh dan tidak tergantung lagi pada
obat-obatan penenang yang sebelumnya selalu diberikan oleh dokter-jiwa, kalau
stressnya kumat.
c. Sehat Sosial
Ada orang yang setelah tekun ber-ORHIBA sangat bersemangat meluaskan
ORHIBA, pada hal sebelumnya orang itu berperilaku sebagai preman, memaksa-maksa
orang lain memberikan dia uang.
Juga ada orang yang semula suka mabuk-mabukan dan perokok, setelah beberapa
lama ber-ORHIBA kepemabukannya dan perokoknya hilang.
Ada yang semula sangat merasa rendah diri, sulit bergaul di tengah-tengah
masyarakat, dan selalu berusaha mengasingkan diri dari masyarakat, setelah
ber-ORHIBA dapat melakukan pergaulan dengan baik dan akhirnya mendapat pasangan
hidup, yang semula tidak terbayangkan baginya untuk menikah.
d. Sehat Spiritual
Ada pengalaman dengan orang yang merasa dirinya terkena santet atau sakit
karena dibikin oleh orang lain, dimana dia mengalami sakit kepala terus menerus
dan sakit pada seluruh badan. Secara kedokteran, dengan diagnosa menggunakan
peralatan kedokteran tidak ditemukan bahwa ada yang salah. Obat yang diberikan
dokter tidak dapat menghilangkan rasa sakit yang dialami orang tersebut. Dengan
melakukan ORHIBA suatu hari dari tubuhnya keluar potongan-potongan bambu yang
panjangnya 4-5 cm yang jumlahnya puluhan dan beberapa potong kawat. Setelah
benda demikian itu keluar dari tubuhnya, dia bebas dari sakit kepala dan sakit
pada badannya. Jadi ORHIBA secara empiris terbukti dapat mengatasi penyakit
yang disebabkan oleh bekerjanya kekuatan gaib yang negatif.
3. Penelitian ORHIBA
Sejak tahun 1994 atas prakarsa Yayasan ORHIBA Pusat telah dilakukan
penelitian terhadap Warga ORHIBA. Hasil penelitian diharapkan akan menjadi
informasi untuk penjelasan ilmiah, bagaimana ORHIBA dapat menjadi sarana untuk
sehat. Sebagai peneliti utama ialah dr. June Luhulima dan kawan-kawan dari
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia Jakarta, bekerja sama dengan
beberapa dokter dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Hasil sementara penelitian menujukkan bahwa memang secara rata-rata Warga
ORHIBA mempunyai tingkat kesehatan yang lebih baik dari masyarakat yang tidak
ber-ORHIBA, namun belum kelihatan sesuatu yang signifikan membedakannya..
Penelitian masih tetap akan diteruskan agar pada suatu saat nanti ditemukan
informasi untuk dapat menjelaskan mengapa dengan ORHIBA penyakit dapat
disembuhkan.
Sehubungan dengan diadakannya rangkaian penelitian, maka Yayasan ORHIBA
Pusat melengkapi kepengurusannnya sejak 1994 dengan Komisaris Penelitian dan
Pengembangan (LITBANG) ORHIBA.
4. ORHIBA Bukan Perkumpulan
Komunitas Warga ORHIBA tidak terorganisasi seperti halnya suatu perkumpulan
masyarakat lainnya, yang memiliki Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
Tidak ada catatan nama anggota seperti pada perkumpulan (organisasi)
kemasyarakatan lainnya. Tidak ada suatu ketentuan yang mengikat, yang mengikat
antara Warga ORHIBA dengan Yayasan ORHIBA, seperti uang pangkal, uang iuran dan
lain-lain kewajiban serta hak-hak tertentu.
ORHIBA pada hakekatnya tidak mengenal pelatih seperti pada cabang olah raga
yang lain, dalam arti seorang yang tahu mendalam tentang teknik-teknik olah
raga. Pelatih yang pernah ditetapkan di Wisma ORHIBA Bali pada tahun 1993
adalah sekedar untuk melengkapi keberadaan Wisma ORHIBA sebagai Pusat Latihan
Nasional, yang disiapkan untuk sewaktu-waktu melayani masyarakat yang mau
ber-ORHIBA.
Setiap Warga ORHIBA, orang yang telah menjalankan ORHIBA, dapat memberikan
kepada orang lain aturan atau cara-cara untuk ber-ORHIBA, dengan mencontohkan
apa yang telah dilakukan sesuai dengan aturan melakukan ORHIBA.
ORHIBA Sarana
Memelihara Diri Yang Sehat Tetap Sehat
ORHIBA yang dimasyarakatkan pada masa sekarang ini adalah Olah Raga Badan
Daging Melihat Langit Biru atau juga disebut Olah Raga Tunggal. Dengan sarana
olah raga tersebut seseorang dapat memelihara dirinya yang sehat untuk sehat
selama-lamanya, dengan syarat harus menjalankan ORHIBA dengan tertib, teratur,
serta dengan sepenuh hati.
Selama bergerak, melakukan olah raga tersebut, badan (tubuh) daging harus
tetap ditegangkan secara merata. Gerakannya ialah memutar lengan secara teratur
disertai dengan menaik-turunkan tumit, seirama dengan gerakan lengan.
Sasaran langsung gerakan tersebut dimaksudkan untuk menguatkan tulang
punggung (tulang belakang) agar tulang belakang jangan membengkok, seperti
umumnya terjadi pada orang tua yang menjadi bungkuk dengan bertambahnya usia.
Tulang belakang dianggap merupakan "soko guru" (tiang penyangga
utama) tubuh manusia, sebagai makhluk Tuhan yang berjalan tegak. Tujuan untuk
menguatkan tulang belakang (punggung) harus menjadi perhatian utama pada setiap
pelaku ORHIBA. Gerakan yang dilakukan harus sedemikian rupa sehingga dampaknya
akan segera dirasakan guna menguatkan tulang punggung.
Gerakan tubuh yang dapat diamati dari luar, dapat dibantu oleh orang lain
upaya memperbaiki gerakan ke arah yang sesuai dengan aturan. Namun disamping
gerakan fisik, yang dapat dilihat atau diamati oleh orang lain, ada banyak
faktor bathiniah, yang tidak dapat diketahui oleh orang lain, yang justru sangat
menentukan keberhasilan ORHIBA dalam mengantarkan seseorang pribadi ke arah
sehat, kuat dan hidup.
Dengan menjalankan ORHIBA seseorang diharapkan akan mengembangkan sikap
mental baru, yang sesuai dengan sikap mental yang diajarkan di dalam ajaran
agama, yaitu sikap mental untuk menjadi landasan perilaku yang utama atau mulia
sebagai makhluk Tuhan.
Hal-hal mendasar yang harus dikembangkan, bahkan harus secara sadar
ditumbuhkan oleh pelaku ORHIBA, adalah :
·
Percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa.. Keyakinan kepada
Tuhan Yang Maha Esa sangat bervariasi antara pribadi, yang kalau mau kita beri
nilai bisa saja berkisar dari 0 hingga 100. Warga ORHIBA harus berjuang untuk
membulatkan percayanya kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehingga mencapai keyakinan
yang 100 %. Dasar pembangunan keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa adalah Buku
Suci, yang menjadi Pokok Ajaran agama masing-masing, apa pun agama yang dianut.
ORHIBA bukan aliran kepercayaan, karena ORHIBA tidak mengajarkan tentang bentuk
kepercayaan selain dari percaya penuh kepada Tuhan Yang Maha Esa, sebagaimana
diajarkan dalam agama masing-masing. Apa pun pemikiran tentang Tuhan (theologi)
yang diajarkan dalam suatu agama, dapat menjadi titik tolak untuk menuju kepada
keyakinan yang 100 % kepada Tuhan Yang Maha Esa. Itulah yang hendak dituju.
Setiap Warga ORHIBA harus menjadikan sekecil apa pun pertumbuhan yang dialami
dalam menuju sehat, kuat dan hidup, harus dijadikan kesyukuran kepada Tuhan,
guna lebih jauh menghayati kebenaran Tuhan sesuai ajaran agama masing-masing,
sampai mencapai yakin penuh kepada keberadaan Tuhan Yang Maha Esa.
"Dalam hal ini,
diharapkan bahwa orang yang semula atheis, tidak percaya kepada Tuhan atau
tidak peduli dengan ajaran ketuhanan, menjadi tumbuh keyakinannya kepada Tuhan
Yang Maha Esa."
·
Pengakuan bahwa Badan Daging adalah Ciptaan Hidup dari
Tuhan Yang Maha Esa. Pemahaman arti dari Badan Daging yang Hidup dapat
dijelaskan dengan keberadaan bayi dalam rahim. Proses terjadinya bayi dalam
rahim adalah Karya Ilahi, Pekerjaan Tuhan. Karya Tuhan yang sangat mengagumkan.
Perhatikanlah bagaimana terjadinya seorang bayi dalam rahim. Bermula dari
persatuan dua buah sel, yaitu sel telur dari si ibu dan satu sel sperma dari si
bapak, terjadi proses yang memakan waktu sekitar sembilan bulan dua minggu,
sehingga terbentuk bayi dengan kelengkapan tubuh yang sudah sempurna sebagai
manusia. Persatuan dua sel bibit sudah berkembang menjadi milyaran sel, dengan
sifat dan bentuk yang beraneka ragam, tetapi bekerja harmonis menjadi satu
bangunan "Badan Daging". Sungguh Ajaib. Jelas sekali bahwa adanya
proses dari persatuan dua sel sehingga membentuk wujud manusia merupakan proses
kehidupan, yang bersifat badan daging. Pada masa dalam rahim ibu si bayi belum
mempunyai fikiran, perasaan dan ingatan bahkan tanpa nafas, tetapi tidak dapat
dimungkiri bahwa dia hidup. Oleh karena itu ORHIBA dalam tujuannya dirumuskan
bahwa ber-ORHIBA adalah untuk mengembalikan Hak Asal Badan Daging. Badan Daging
yang semula sudah dapat hidup tanpa roh, tanpa jiwa dan tanpa nafas, karena
dipakai oleh roh dan jiwa sudah kehilangan hak hidupnya dan gampang kena
penyakit dan mengalami kerusakan. Untuk mengembalikan hak asal badan daging
Warga ORHIBA diajak untuk membangun kesadaran untuk mengasihi, menghargai dan
menghormati hak hidup badan dagingnya sendiri.
·
Untuk dapat mengembalikan hak hidup asal badan daging,
maka badan daging harus dikasihi/disayangi dengan sepenuh hati. Kehidupan yang
sedang berjalan, yang dikatakan sebagai kehidupan yang sangat duniawi atau
sekuler, melupakan akan halnya keberadaan Tuhan Yang Maha Esa harus diubah oleh
setiap pribadi yang mau menerima ORHIBA dan tentunya mau berhasil mencapai
sehat-kuat dan hidup dengan ORHIBA. Menyayangi badan daging harus ditumbuhkan
secara sadar dan sungguh-sungguh, karena kita meyakini badan daging itu adalah
Ciptaan Tuhan Yang Keramat.
·
Hasrat agar Badan Daging kembali hidup menurut Hak Hidup
Aslinya. Oleh karena perkenan Tuhan untuk roh/jiwa memakai badan sebagai alat
untuk kesempurnaan roh/jiwa, maka untuk mengembalikan hak asal badan daging
harus ditumbuhkan hasrat yang kuat, secara sadar dan dengan tekad yang kuat.
Kalau tidak, mustahil Badan Daging akan dapat kembali kepada Hak Hidup Asal.
Revolusi Dalam Diri Untuk Mengenal Diri dan
Hidup
Untuk mengembalikan Hak Asal Badan Daging, yang sudah dipakai sebagai
pondok atau rumah atau juga alat oleh roh/jiwa, perlu tekad dan kesungguhan
hati untuk menaklukkan roh/jiwa. Untuk hidup dalam masyarakat perlu ada jiwa.
Tetapi jiwa yang sedang berkuasa di dalam badan manusia sekarang ini, masih
jauh dari jiwa yang sempurna. Tuhan sudah mengajarkan tentang kesempurnaan jiwa
dalam ajaran agama yang sudah ada, namun manusia belum mampu menjalin hubungan
yang sesuai dengan ajaran Tuhan.
Jiwa yang masih belum sempurna harus ditundukkan dan jiwa sempurna perlu
ditumbuhkan-kembangkan. ORHIBA itu merupakan sarana berjuang dalam diri
sendiri, ber-Revolusi Dalam Diri, mengalahkan roh/jiwa sendiri. Jiwa adalah
kekuatan yang kontroversial. Jiwa yang sempurna menjadi penentu arah hidup yang
baik dan benar, sebagai kendali dalam kehidupan manusia. Tetapi jiwa yang belum
sempurna, yang tercekoki oleh watak atau sifat egois menjerumuskan kehidupan
kepada kerusakan dan kekacauan. Roh/jiwa yang belum sempurna itulah yang harus
ditundukkan agar jiwa itu sadar, sehingga menjadi jiwa baru yang takluk kepada
Tuhan Yang Maha Esa.
Tuhan sudah menurunkan ajaran untuk kesempurnaan rohani/jiwani yang
terangkum dalam Buku-Buku Suci Agama-agama besar di dunia, mulai dari Agama
Hindu, Agama Budha, Agama Jahudi, Agama Kristen dan Agama Islam. Yang
menjalankan ORHIBA diajak untuk mendalami agamanya masing-masing dengan
menemukan hakekat inti ajaran Tuhan Yang Maha Esa. Inti hakekatnya satu, walau
pun syariatnya berbeda-beda, yaitu Cinta Kasih.
Warga ORHIBA diajak untuk menghayati Kebenaran Yang Satu itu, dan berjuang
untuk dapat menjadikan Cinta Kasih sebagai landasan dalam menjalankan hidup dan
kehidupan sehari-hari, agar dalam era globalisasi, dimana bumi sudah relatif
kecil serta sentuhan antar bangsa dengan budaya yang berbeda semakin intens.
Kalau tidak demikian, maka dapat terjadi bahwa sentuhan budaya yang berbeda
akan menjadi penyebab timbulnya ketegangan antar kelompok masyarakat, bahkan
antar bangsa. Hasil dari ketegangan antar kelompok masyarakat akan menjadi
sumber bentrok bahkan perang, yang alhasil akan sama-sama merugi.
Pada masa sekarang ini masyarakat manusia sedang dikuasai roh/jiwa yang
belum sempurna. Oleh karena roh/jiwa yang menguasai manusia adalah roh/jiwa
yang belum sempurna, masyarakat manusia mengalami banyak keruwetan dalam hidup
dan kehidupan, oleh karena jiwa mempunyai kemampuan untuk
"akal-akalan", dalam mencari pembenaran. Banyak terjadi bahwa yang
benar menjadi salah dan yang salah menjadi dianggap benar. Itulah sifat kontroversial
dari jiwa yang belum sempurna, karena dapat "membengkokkan yang
lurus" dan "meluruskan yang bengkok". Jarang sekali akan
ditemukan orang yang dapat hidup dengan "lurus" di Jalan Tuhan,
dengan peri kemanusiaan yang sempurna.
Dengan mengembalikan Hak Asal Badan Daging melalui ORHIBA, diharapkan
pelaku ORHIBA mulai dapat memilah atau mengenal diri dan hidupnya. Yang disebut
sang Diri adalah Badan Daging, yang nyata dapat dijamah, dilihat dan diraba.
Sedangkan dalam diri terdapat kekuatan gaib yang dikenal sebagai jiwa, meliputi
nafsu, perasaan, pikiran dan ingatan. Nafsu, perasaan, pikiran dan ingatan dan
lain-lain merupakan sesuatu yang hidup memakai badan, belum banyak memahaminya.
Dengan orang (manusia) memiliki Badan Daging Hidup, diharapkan akan bertumbuh
kesadaran untuk selalu ingat kepada Tuhan serta menyadari kewajiban manusia
yang mulia, untuk menjalankan kehidupan berdasarkan kebenaran.
Semoga saya cepat dinormalkan seperti waga orhiba lainnya yang sudah terbebas dari penyakit.
BalasHapus